Satu hal yang tidak pernah aku mengerti dan tak akan pernah aku mengerti. Setiap orang memandang ku aneh. Melihatku, bagaikan sampah. Tak satupun yang mau mendekati ku. Melihat ku pun mereka malas, apalagi berbicara pada ku. Aku lelah..... Aku lelah dengan semua cacian, makian yang setiap saat mereka lontarkan dibelakangku. Aku ingin membuat semuanya berubah. Berubah menjadi lebih baik dan tak ada satupun yang mencaci ku.
Aku ingin menjadi seperti mereka. Menjadi apa yang orang inginkan. Kepintaran dalam berbagai hal. Kecantikan yang menbuat orang tergila-gila hingga tak satu orang pun yang berpaling dariku. Setip kali aku berjalan, tak satu orang pun yang tak tunduk padaku. Tak ada lawan, namun kawan yang selalu ada untuk ku. Dimana pun dan kapan pun, aku selalu dipandang.
Namun, semua itu hanyalah mimpi belaka. Latar belakangku yang hanya seorang anak rendahan, anak seorang petani kecil yang selalu diinjak-injak tuan tanah membuatku pesimis dan takut untuk merubah semua itu.
Aku duduk terpaku di pojok tempat kerjaku. Tak satu orangpun yang menyadari keberadaanku. Setiap hari aku duduk seperti ini, memandangi setiap orang yang lalu-lalang di depan ku. Setiap kali aku berdiri dan bangkit dari keterpakuanku, tak satu orangpun yang mengerti betapa lelahnya diriku membersihkan setiap kotoran dilorong ini. Mereka seenaknya saja berjalan diatas sepatunya yang tampak mengkilap namun membawa berbagai kotoran yang membuatku muak dengan semua ini. Hanya satu kata yang ku dengar dari mereka, "Ups....". Aku lelah dengan semua ini.
Waktu berjalan begitu saja. Takterasa, kini waktunya aku kembali kedalam gubukku yang terletak di ujung jalan, yang tak berkelok, yang tak pernah dianggap ada keberadaannya diantara gedung-gedung pencakar langit.
Aku tertunduk malu dalam langkahku. Malu akan dinginnya malam yang diterangi oleh cahanya bulan dan bintang. Tak seperti aku yang berjalan begitu saja tanpa ada yang menerangi jalanku dan melindungi ku dari sandungan batu di depanku. Angin yang berhembus dingin dalam kegelapan ini pun tau betapa letihnya aku dengan semua ini.
Di depan toko roti yang tampak gelap tak berpenghuni, tampak seorang anak kecil dengan rambutnya yang terurai panjang dan memakai baju putih menunggu ku. Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang pria tua duduk d kursi roda menyapaku dengan lantang.
Bersambung........