"Ora pro nobis peccatoribus, nunc et in hora mortis nostrae" doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Istilah tersebut adalah cuplikan dari sebagian dari "Doa Salam Maria."
Bersyukurlah karena kita mengetahui bahwa kita berdosa, karena dengan demikian kita menjadi sadar dan benar-benar bertobat akan dosa-dosa yang kita lakukan.
Banyak orang yang mengaku mengenal Tuhan melebihi manusia lainnya dan merasa sangat suci. Bahkan banyak menentang doa yang di ajarkan Bunda Maria ini. Tetapi mereka hanya bisa melakukan dalam kata-kata tetapi tidak bisa melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,sehingga menjadikan kata-kata tersebut sebagai ucapan yang tajam di bibir tetapi sangat menyakiti hati Tuhan. Bisa di bayangkan begitu selesai menutup kitab suci mereka sudah melupakan apa yang seharusnya di lakukan di dalam kehidupan ini menurut kitab suci, sehingga iri, dengki, menyalahkan orang lain, tidak suka dengan orang lain, selalu marah, tidak menerima saran orang lain, selalu menang sendiri, dengki, berbohong, selingkuh, cemburu, egois, munafik, tidak sabar, dan semua sifat manusia yang telah di manfaatkan oleh setan masih saja di lakukan berulang-ulang. Hal yang paling mudah di lakukan adalah marilah kita instropeksi dan memulai dari diri kita sendiri sebelum kita berani menghakimi orang lain benar atau salah.
Dan kita sebagai anak-anakNya tidak perlu gelisah. Karena semua doa yang di ajarkan Bunda Maria benar begitu adanya. Doa-doa yang di panjatkan kepada Bunda Maria begitu mengena di hati. Begitu luar biasanya. Karena kita yakin doa-doa tersebut akan di sampaikan kepada Putranya Terkasih Yesus Kristus. Bukankah kita mengetahui di dunia ini ada semacam kepercayaan bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Begitu juga dengan kita yang menganggap kasih Ibu kepada anak-anaknya begitu sejati dan setia.
Mari kita berkarya nyata dalam kehidupan ini, hidup menurut kehendakNya. Jangan hanya bisa di ucapkan di bibir saja. Yang lebih utama adalah membangun Iman karena Tuhan ada di hati kita masing-masing. Dan pertobatan adalah jalan utama yang harus di tempuh agar makna dari doa "Ora pro nobis peccatoribus, nunc et in hora mortis nostrae" bisa benar-benar terwujud. Semoga kasih dan rahmat Bunda Maria lewat Tuhan Yesus Kritus selalu menyertai dan memberkati seluruh umat manusia di bumi ini.
AMIN
<<**_Ide Bee_**>>
everything about me and my thought
24 Juni 2009
12 Juni 2009
Sudahkah kita SETIA ??? (renungan)
Sudahkah kita setia? Sebait kata yang sangat gampang di dengar dan di ucap, tetapi membutuhkan banyak hal untuk bisa melakukannya dengan benar. Seringkali orang berbicara tentang kesetiaan, dan pada umumnya mereka mengatakan, ”Jelas …saya orang yang setia, dan pasti saya akan tetap setia padamu sampai kapanpun.” Tetapi kesetiaan mereka hanyalah menurut perasaan dan pikiran masing-masing. Ada banyak orang yang rindu dan selalu ingin setia, namun apa mau dikata…keinginan tinggal keinginan, namun tidak pernah menjadi kenyataan. Bagaimana lagi dengan seorang kita anak-anak Bunda Maria? Seorang anak dapat dikatakan selalu ingin setia,…harus mentaati segala sesuatu yang dikatakan oleh sang Ibunya, semuanya dibenarkan dan siap untuk ditaati dengan setia. Bahkan tidak sedikit dari para anak yang siap berkorban secara jiwa dan raga demi kesetiaannya pada Ibunya. Namun, di dalam kenyataan sehari-hari, tidak sedikit orang yang gagal dalam kesetiaannya pada Ibu nya bahkan kepada PutraNya Yesus Kristus
Ini juga kenyataan yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus…..Dan hal ini jugalah yang menjadi satu pergumulan berat bagi orang-orang yang ada dekat di sekitar Yesus. Mulai dari murid-murid sampai pada orang banyak yang sudah lama mengikuti-Nya sebagai Tuhan... Firman Tuhan berkata: “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan!”
Bagaimana dengan kesetiaan kita kepada teman atau pasangan hidup? Di depan orang kita bermulut manis, mesra di depan hamba Tuhan kita kelihatan sayang, tetapi kenyataannya di dalam lingkungan yang lain misal di kampus. Kita selalu tergoda dan berpikir untuk tidak setia.
Memang kesetiaan kita terbatas, kita tidak bisa hanya dengan bibir mulut kita saja mengatakan, “setia, setialah, setia sampai mati,” tanpa menjalankan kesetiaan itu dalam kehidupan kita setiap saat. Sebab arti kesetiaan tidak dapat dipisahkan dengan kata “percaya,” dan percaya juga artinya kita taat tiap-tiap hari pada firman-Nya. Kalau kita memang benar-benar sungguh-sungguh mengikut Tuhan, itu pasti jelas akan kelihatan dan buahnya juga pasti akan nampak kepada orang lain. Sebab yang menilai diri kita, bukan hanya diri kita sendiri tetapi orang lain dan yang paling penting adalah Allah sendiri yang menilai kita dalam hidup keseharian kita. Tuhan mau kita hidup setia. Setia pada firmanNya, mengandalkan Dia, dan selalu siap untuk dikoreksi melalui firman Tuhan. Marilah kita terus setia tiap-tiap hari dalam kehidupan kita sampai Kristus Datang Ke-2x dan mengatakan kepada pasangan kita masing-masing: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Lukas 19:17)
Tuhan memberkati! Amin...
Ini juga kenyataan yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus…..Dan hal ini jugalah yang menjadi satu pergumulan berat bagi orang-orang yang ada dekat di sekitar Yesus. Mulai dari murid-murid sampai pada orang banyak yang sudah lama mengikuti-Nya sebagai Tuhan... Firman Tuhan berkata: “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan!”
Bagaimana dengan kesetiaan kita kepada teman atau pasangan hidup? Di depan orang kita bermulut manis, mesra di depan hamba Tuhan kita kelihatan sayang, tetapi kenyataannya di dalam lingkungan yang lain misal di kampus. Kita selalu tergoda dan berpikir untuk tidak setia.
Memang kesetiaan kita terbatas, kita tidak bisa hanya dengan bibir mulut kita saja mengatakan, “setia, setialah, setia sampai mati,” tanpa menjalankan kesetiaan itu dalam kehidupan kita setiap saat. Sebab arti kesetiaan tidak dapat dipisahkan dengan kata “percaya,” dan percaya juga artinya kita taat tiap-tiap hari pada firman-Nya. Kalau kita memang benar-benar sungguh-sungguh mengikut Tuhan, itu pasti jelas akan kelihatan dan buahnya juga pasti akan nampak kepada orang lain. Sebab yang menilai diri kita, bukan hanya diri kita sendiri tetapi orang lain dan yang paling penting adalah Allah sendiri yang menilai kita dalam hidup keseharian kita. Tuhan mau kita hidup setia. Setia pada firmanNya, mengandalkan Dia, dan selalu siap untuk dikoreksi melalui firman Tuhan. Marilah kita terus setia tiap-tiap hari dalam kehidupan kita sampai Kristus Datang Ke-2x dan mengatakan kepada pasangan kita masing-masing: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Lukas 19:17)
Tuhan memberkati! Amin...
03 Maret 2009
KeGiL@aN - Episode 1
Satu hal yang tidak pernah aku mengerti dan tak akan pernah aku mengerti. Setiap orang memandang ku aneh. Melihatku, bagaikan sampah. Tak satupun yang mau mendekati ku. Melihat ku pun mereka malas, apalagi berbicara pada ku. Aku lelah..... Aku lelah dengan semua cacian, makian yang setiap saat mereka lontarkan dibelakangku. Aku ingin membuat semuanya berubah. Berubah menjadi lebih baik dan tak ada satupun yang mencaci ku.
Aku ingin menjadi seperti mereka. Menjadi apa yang orang inginkan. Kepintaran dalam berbagai hal. Kecantikan yang menbuat orang tergila-gila hingga tak satu orang pun yang berpaling dariku. Setip kali aku berjalan, tak satu orang pun yang tak tunduk padaku. Tak ada lawan, namun kawan yang selalu ada untuk ku. Dimana pun dan kapan pun, aku selalu dipandang.
Namun, semua itu hanyalah mimpi belaka. Latar belakangku yang hanya seorang anak rendahan, anak seorang petani kecil yang selalu diinjak-injak tuan tanah membuatku pesimis dan takut untuk merubah semua itu.
Aku duduk terpaku di pojok tempat kerjaku. Tak satu orangpun yang menyadari keberadaanku. Setiap hari aku duduk seperti ini, memandangi setiap orang yang lalu-lalang di depan ku. Setiap kali aku berdiri dan bangkit dari keterpakuanku, tak satu orangpun yang mengerti betapa lelahnya diriku membersihkan setiap kotoran dilorong ini. Mereka seenaknya saja berjalan diatas sepatunya yang tampak mengkilap namun membawa berbagai kotoran yang membuatku muak dengan semua ini. Hanya satu kata yang ku dengar dari mereka, "Ups....". Aku lelah dengan semua ini.
Waktu berjalan begitu saja. Takterasa, kini waktunya aku kembali kedalam gubukku yang terletak di ujung jalan, yang tak berkelok, yang tak pernah dianggap ada keberadaannya diantara gedung-gedung pencakar langit.
Aku tertunduk malu dalam langkahku. Malu akan dinginnya malam yang diterangi oleh cahanya bulan dan bintang. Tak seperti aku yang berjalan begitu saja tanpa ada yang menerangi jalanku dan melindungi ku dari sandungan batu di depanku. Angin yang berhembus dingin dalam kegelapan ini pun tau betapa letihnya aku dengan semua ini.
Di depan toko roti yang tampak gelap tak berpenghuni, tampak seorang anak kecil dengan rambutnya yang terurai panjang dan memakai baju putih menunggu ku. Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang pria tua duduk d kursi roda menyapaku dengan lantang.
Bersambung........
Aku ingin menjadi seperti mereka. Menjadi apa yang orang inginkan. Kepintaran dalam berbagai hal. Kecantikan yang menbuat orang tergila-gila hingga tak satu orang pun yang berpaling dariku. Setip kali aku berjalan, tak satu orang pun yang tak tunduk padaku. Tak ada lawan, namun kawan yang selalu ada untuk ku. Dimana pun dan kapan pun, aku selalu dipandang.
Namun, semua itu hanyalah mimpi belaka. Latar belakangku yang hanya seorang anak rendahan, anak seorang petani kecil yang selalu diinjak-injak tuan tanah membuatku pesimis dan takut untuk merubah semua itu.
Aku duduk terpaku di pojok tempat kerjaku. Tak satu orangpun yang menyadari keberadaanku. Setiap hari aku duduk seperti ini, memandangi setiap orang yang lalu-lalang di depan ku. Setiap kali aku berdiri dan bangkit dari keterpakuanku, tak satu orangpun yang mengerti betapa lelahnya diriku membersihkan setiap kotoran dilorong ini. Mereka seenaknya saja berjalan diatas sepatunya yang tampak mengkilap namun membawa berbagai kotoran yang membuatku muak dengan semua ini. Hanya satu kata yang ku dengar dari mereka, "Ups....". Aku lelah dengan semua ini.
Waktu berjalan begitu saja. Takterasa, kini waktunya aku kembali kedalam gubukku yang terletak di ujung jalan, yang tak berkelok, yang tak pernah dianggap ada keberadaannya diantara gedung-gedung pencakar langit.
Aku tertunduk malu dalam langkahku. Malu akan dinginnya malam yang diterangi oleh cahanya bulan dan bintang. Tak seperti aku yang berjalan begitu saja tanpa ada yang menerangi jalanku dan melindungi ku dari sandungan batu di depanku. Angin yang berhembus dingin dalam kegelapan ini pun tau betapa letihnya aku dengan semua ini.
Di depan toko roti yang tampak gelap tak berpenghuni, tampak seorang anak kecil dengan rambutnya yang terurai panjang dan memakai baju putih menunggu ku. Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang pria tua duduk d kursi roda menyapaku dengan lantang.
Bersambung........
Langganan:
Komentar (Atom)